SWITER (Studi Wisata Islam Terpadu) ROHIS FEUP 2011

Diposting oleh Supriadi, Selasa Nopember 2011

            Acara ini merupakan acara pertama dimana saya ikut mengatur dan memutuskan. Karena saya adalah bagian dari panitia yang ikut bersama rekan lainnya untuk merancang acara SWITER. Selain itu, ini juga merupakan pengalaman pertama dan berharga dalam hidup saya yang tak akan terlupakan. 

       Alhamdullliah, acara SWITER sudah berjalan dengan baik, walau dengan kekurangan disana-sini. Berbagai persiapan sudah dilakukan oleh panitia. Salah satunya syuro yang berulang kali. Kata syuro bagi saya merupakan sesuatu hal yang baru. Setelah mengetahui syuro adalah rapat/musyawarah. Maka sejak itu saya mulai akrab mengatakan kata syuro di khalayak ramai. Satu bulan adalah waktu yang cukup untuk mempersiapkan segalanya. Mulai dari membentuk struktur kepanitian hingga menjelaskan tugas masing-masing koordinator. 

      Kali ini saya diberi tanggung jawab sebagai koordinator acara. Tugas yang harus diemban ternyata banyak. Melihat kapasitas saya yang sebagai pemula, saya merasa berat sekali  menjalankannya. Mungkin rincian tugas koor.acara adalah sebagai berikut :
1.      Membuat dan mengusulkan tema acara
2.      Membuat susunan acara
3.      Menghubungi pembicara

            Dalam pelaksanaan tugas tersebut, banyak sekali ilmu dan manfaat yang saya dapat. Seperti cara berbicara di depan umum, berbicara dengan orang-orang penting dan dapat mengenal kawan-kawan baru. Namun banyak juga pengorbanannya misal telat kuliah hingga 30 menit, tugas kuliah yang menumpuk yang belum juga dikerjakan dll. Banyak yang mengatakan bahwa kuliah dan organisasi harus seimbang. Ternyata setelah menjalani kedua hal tersebut, faktanya benar-benar sulit diwujudkan. Indah rasanya bergabung di ROHIS. Sebuah organisasi yang bergerak untuk dunia dan akhirat. Hingga saya begitu menikmati ketika menjalaninya.
          
         Semua persiapan kembali direview menjelang H-1. Dana yang dibutuhkan sudah tertutup bahkan melebihi yang dianggarkan. Para pembicara telah siap hadir, para peserta pun sudah konfirmasi akan keikutsertaannya dalam acara SWITER. Tinggal eksekusi di lapangannya saja. Opening Ceremony atau pembukaan acara dilakukan pada hari Jum'at. Pembukaan itu dihadiri oleh Bpk. Cotoro sebagai Wadek III, perwakilan dari SENAT,  BPM dan UKM-UKM di FEUP.

            Di acara pembukaan, saya ditunjuk sebagai MC. Saya pikir apakah setiap anggota ROHIS harus bisa segalanya? atau penunjukan ini karena terbatasnya SDM. Rasa gugup dan demam panggung mulai menjalar ke seluruh tubuh. Sampai kaki ini tidak kuat untuk berdiri karena gemetaran. Namun segala sesuatu akan berjalan baik-baik saja jika kita berpikir open mind. Banyak sekali  kekurangan dan kesalahan dalam praktek sebagai MC. Tapi itu harus saya terima sebagai proses belajar menuju yang lebih baik.

            Hari sabtu telah tiba, semua panitia berkumpul di Masjid At-Taqwa UP pukul 08.00 WIB. Sebagian panitia sudah ada di lokasi acara yaitu di Bogor untuk menyambut rombongan panitia dari Jakarta. Masalah pun hadir sebelum keberangkatan. Perlengkapan belum terkumpul semua. Layar untuk LCD belum dipinjam. Saya, Ilma dan Risky mondar-mandir ke sana- kesini. Turun dan naik tangga mengikuti usulan dari bagian kemahasiswaan dan bagian umum yang oper-mengoper tanggung jawab. Akhirnya datang satpam yang baik hati untuk menolong. Pertolongan Allah SWT datang di waktu yang tak terduga-duga dan masalahpun selesai.

            Kami berangkat pukul 09.00 WIB dengan peserta yang hadir 9 orang dan di dampingi panitia yang berjumlah 7 orang. Saya menikmati perjalanan dengan melihat pemandangan dari jendela bis. Padahal yang dilihat pemandangan biasa saja tetapi rasanya berbeda seperti melihat untuk pertama kalinya hamparan sawah yang berwarna hijau nan luas. Dengan awan yang begitu cerah . Di dalam perjalanan itu pula kejadian menegangkan terjadi. Tiba-tiba asap tebal keluar dari bagian depan bis. Astagfirullah jika sampai meledak dan terbakar. Tamatlah riwayat saya dan semua orang yang ada di bis.


            Bis langsung di parkirkan ke pinggir jalan dan semua orang keluar sekedar menyelamatkan diri. Setelah dilakukan pengecekan. Sang juru setir bis mendiagnosa kepulan asap itu disebabkan oleh mesin yang terlalu panas. Ternyata kekhawatiran saya yang berlebihan tidak terbukti. Tak ada tempat yang tidak boleh diabadikan. Mungkin itu yang dipikirkan oleh siapa pun mereka ketika berada di suatu tempat. Bayangkan saja, ketika ada orang yang khawatir dengan bis yang masih mengeluarkan asap, sebagian orang lainnya asik mengabadikan keberadaan mereka dengan berfoto-foto. Subhanalllah keadaan itu membuat hati tertawa, di pinggir jalan tol yang ramai kami berfoto ria dan tak malu menjadi objek tontonan orang-orang yang lewat.

            
           Ketika sampai di Ciawi, petugas berseragam tiba-tiba saja memberhentikan, menghampiri dan meminta sura-surat bis yang kami tumpangi. Yang tujuan akhirnya adalah meminta denda atas segala sanksi yang dia tuduhkan. Keluarlah uang Rp. 20.000 untuk hal tersebut. Saat ingin pergi, motor sang petugas itu tidak bisa dinyalakan alias mogok. Hampir 10 menit dia mengutak –ngatik motornya agar hidup. Saya hanya berkata dalam hati,”Rasakan”. Dan Sesampainya di lokasi, semua peserta dan panitia membereskan barang  bawaan dan istirahat. Menjelang zuhur, semua peserta dikumpulkan di ruang tengah untuk acara pembukaan. Acara ini sebenarnya adalah penyampaian tata tertib yang harus dipatuhi oleh peserta selama menjalani acara. Waktu ISHOMA telah tiba, kami pun bersiap-siap untuk melakukan sholat berjamaah. Solat zuhur tersebut diimami oleh Ilma selaku Ketua Pelaksana. Tak terasa perut sudah bersahut-sahutan memanggil sebagai tanda sudah waktunya makan siang. Dengan cepat panitia mengatur jumlah orang yang ada dengan jumlah makanan yang tersedia. Panitia sangat perhitungan, mengkhawatikan bila ada orang yang mengambil jatah makannya lebih dari satu.

            Waktu yang seharusnya diisi dengan Ta'aruf berganti menjadi waktu istirahat. Dan terpaksa acara itu diundur sampai pukul 14.30 WIB. Taa'ruf ini merupakan acara pengenalan ROHIS secara umum. Apa itu UKM ROHIS dan bagaimana organisasi itu menjalankan aktifitasnya di lingkungan kampus. Tak lupa dalam acara itu, disampaikan pula mengenai Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Satuan Kegiatan Islam Universitas Pancasila. Mungkin lebih dikenal dengan sebutan SKI. SKI merupakan induk dari ROHIS-ROHIS fakultas di Universitas Pancasila. Dan saat ini kepemimpinan LDK UP dipegang oleh mahasiswa ekonomi yaitu Bisri Ali Taufik. Dan beliau pun yang menjelaskan itu semua sebagai perwakilan dari SKI.

            Acara itu berlangsung hingga azan ashar. Dan diakhiri dengan solat berjamaah. Kemudian acara selanjutnya adalah menonton film atau video tentang islam.Ada tiga atau empat film yang disiapkan oleh panitia. Kegiatan ini bertujuan menambah khazanah kita mengenai islam. Sungguh film yang membuat hati ini gemetar. Saya dan kawan-kawan yang selaku panitia merasa malu ketika melihat isi film itu. Mungkin itu adalah tontonan yang tidak mengenal apakah dia panitia atau peserta. Saya yang baru pertama kali menontonnya merasa malu akan dosa yang selama ini telah dilakukan. Setelah merasa bersalah akan dosa-dosa dan hati yang selalu memohon ampunan. Diakhir penayangan, semua menyaksikan sebuah video yang menggugah hati, membakar motivasi untuk terus berjuang meraih semua mimpi yang kita inginkan.

            Tidak semua panitia menyaksikan film-film itu. Sebagian lainnya sibuk meracik masakan di dapur. Bahkan saya pun terpaksa membantu meminjam alat-alat dapur kepada pemilik villa. Dan mencari minyak goreng kemasan di warung terdekat. Suara perabotan dapur yang begitu berisik dan aroma masakan yang kemana-mana sungguh mengganggu jalannya acara. Itu disebabkan letak yang berdekatan dengan ruang tengah. Bahkan kita bisa saling melihat satu sama lain. Yang sedang menonton film bisa melihat orang-orang yang sibuk memasak di dapur. Dan begitupun sebaliknya, yang memasak juga bisa melihat film yang sedang diputar walau tinggat konsentrasi tidak sepenuhnya fokus. Tak sampai habis film diputar waktu sudah mendekati magrib. Semua peserta disuruh bersih-bersih untuk solat magrib.

            Kegiatan tadarus dilakukan setelah solat magrib. Ikhwan dan akhwat dipisah dan dipimpin oleh mentornya masing-masing. Segala puji bagi Allah, kitab suci Al-quran bisa dibaca bersama oleh para panitia ataupun peserta. Walau ada yang tersedat-sedat membaca, semuanya tidak malu karena inilah moment yang tepat untuk ROHIS mengajarkan siapa saja yang ingin lancar membaca Al-qur'an.

            Selesai tadarus, azan isya sudah berkumandang kami langsung melanjutkan dengan solat isya. Disinilah kita diajarkan pentingnya solat berjamaah tak pernah kita lupakan bahkan kita mencoba melaksanakan perintah yang ALLAH SWT turunkan langsung kepada Rasulullah SAW tepat pada waktunya.

            Makan malam sudah disiapkan oleh para juru masak yang dari sore sudah sibuk di dapur. Suara bisingnya ternyata terbayar lunas dengan menu makanan yang begitu menggoda. Nasi putih dengan oseng-oseng plus telur bemandikan cabai merah berada dalam satu nampan besar. Kebersamaan kembali ditunjukan bahwa cara makan seperti ini sungguh tidak mengenal individualisme diantara sesama peserta ataupun antara peserta dengan panitia. Disamping ini merupakan cara cerdas menghemat biaya.

            Kenyataan tidak selalu sama dengan apa yang direncanakan. Acara kembali diundur dikarenakan pembicara yang belum hadir. Seorang Trainer yang keberadaannya belum tahu ada dimana. Walaupun sang ketua ROHIS ( Ibnu Miarsa) sedang menjemput beliau di stasiun Bogor. Namun tamu undangan dari perwakilan Kemahasiswaan ; Pak Dirman, Mas Pri dkk sudah datang dari ba'da magrib. Dengan SDM yang begitu sedikit. Panitia bekerja ekstra menyambut tamu dan menjalankan acara. Ketiga pembicara yang akan menyampaikan materinya akhirnya tiba juga. Yaitu Wendra SE, Abdul Fatir SE dan Dodi ST. Kedatangan para pembicara disusul dengan kedatangan para alumni. Sebenarnya kehadiran alumni diluar yang apa yang panitia pikirkan. Jumlah alumni yang datang tidak sebanding dengan panitia yang ada. Sehingga berdampak langsung dalam penyambutan tamu yang seadanya.

            Waktu terus berjalan, kami berinisiatif menukar acara. Mendahulukan acara sharing  dan disambung Traning Motivation setelahnya. Sekitar pukul 20.30 WIB acara dibuka dengan sambutan dari Ketua SKI yang berbagi pengalaman. saya sendiri tidak bisa ikut menyaksikan karena melayani tamu yang harus dijamu. Akhirnya Sang Trainer sampai dilokasi juga. Beliau sudah disiapkan tempat untuk istirahat. Namun keadaan tempat tersebut sungguh kacau balau puluhan ekor laron menghiasi lantai yang belum lama diguyur oleh hujan. Sudah gerimis dikotori sayap laron pula lagi, "ucap saya". Langsung saja saya beralih profesi menjadi OB atau petugas kebersihan yang harus siap sedia.

            Acara sharing harus segera diberhentikan karena waktu yang  sudah tidak bisa dipaksakan. Sekitar pukul 22.30 WIB panitia memanggil Trainer dan ternyata Sang Trainer sedang tertidur. Mungkin perjalanan yang cukup jauh dan suasana dingin yang cocok untuk istirahat membuat beliau memejamkan matanya. Dengan perasaan malu-malu terpaksa kami bangunkan saja.

            Tidak menunggu waktu lama, sang trainer sudah siap beraksi di depan peserta. Nama Trainer itu Ustad Maipa dan tema yang dibawakan adalah pemuda-pemudi yang berprestasi. Temanya agak melenceng dari yang seharusnya disepakati yaitu spiritual Journey(perjalanan spriritual) dimana panitia sudah mencari peralatan yang dibutuhkan seperti kain kafan untuk mendukung training tersebut. Nasi sudah menjadi bubur, tak ada upaya selain menerima keputusan dari sang ustad tersebut.

            Tak terasa waktu sudah mencapai tengah malam. Tetapi acara belum kunjung selesai. Sang pembicara masih menggebu-gebu menyampaikan materinya dan peserta pun masih antusias mendengarkannya. Masalah baru lagi, panitia sudah membujuk sang Trainer untuk makan malam dengan tujuan memberi tahu bahwa waktunya telah habis dan memberhentikan obrolannya. Kami tak ingin memaksakan peserta untuk tidur tetapi mau bagaimana lagi karena aturannya sudah begitu. Karena terlalu sering melanggar aturan waktu sehingga aturan tidak bisa diterapkan secara maksimal.

            Semua ini berimbas ke qiyamul lail. Mata yang begitu berat untuk dibuka menandakan bahwa tak ingin waktu tidurnya diganggu. Peserta tak bisa disalahkan karena ini bermula dari kami. Karena waktu sudah menunjukan pukul 04.00 WIB langsung saja solat tahajjud dua rakaat dan ditutup dengan witir. Berhubung waktu subuh sudah tiba maka bang Fatir kembali memimpin jamaah untuk solat subuh berjamaah.

            Di pagi harinya, sang ketua ROHIS mencari sarapan untuk peserta. Bukan bertindak kurang sopan terhadap ketua. Tetapi hanya dia yang tahu akses jalan di daerah tersebut. Maklum saja tempat tinggalnya hanya berjarak beberapa kilometer saja dari lokasi SWITER. Sungguh ironi jika melihat ketua yang harus mengantarkan Trainer pulang, mencari sarapan, mengecek keadaan yang dijadikan OUTBOND. Dimana panitia sangat kekurangan SDM dan membutuhkan peran ketua ditempat acara. Satu pelajaran yang harus patut dicontoh dari pemimpin ialah sikap sukarelanya, bekerja dengan ikhlas tanpa memikirkan jabatan yang sedang diemban dia bersedia membantu bawahannya.

            Acara OUTBOND dilakukan di dalam villa. Dengan memanfaatkan fasilitas lapangan, halaman, dan kolam renang.  Kali ini, kami mengandalkan peran alumni untuk mengambil alih acara. Mereka lebih berpengalaman dan memiliki jam terbang yang lebih banyak dari kami yang baru pertama kali berkecimpung di lembaga dakwah kampus (ROHIS). Berbagai games dimainkan dan diartikan maksud kita melakukan permainan itu. Bukan sekedar bersenang ria tetapi ada makna dibalik games yang dicoba. Semua rangkaian itu diakhiri dengan menyeburkan panitia dan peserta ke kolam  renang. Dalam hati saya bersuara,” kenapa panitia harus melakukan ini juga?”.

            Pukul 10.00 WIB adalah waktu untuk istirahat sebelum berkemas untuk pulang di siang harinya. Di waktu itulah panita dapat memejamkan matanya untuk sekedar istirahat. Sebelum pulang para juru masak ternyata telah menyiapkan makanan terakhir untuk disantap. Maka tak malu-malu peserta yang awalnya pendiam menjadi aktif. Disamping rasa lapar dan lelah setelah beraktifitas dari pagi. Padahal acara ini adalah acara yang  memanjakan peserta, tidak ada kekerasan dan paksaan di dalamnya. Kami panitia pun juga belum tahu secara menyeluruh tujuan dari acara ini selain apa yang kita tulis di proposal kegiatan. Sehingga ini adalah pelajaran pertama saya berkarya di Kampus khususnya untuk mensyiarkan agama islam.

            Acara penutupan dilakukan setelah solat zuhur berjamaah dan dilakukan pemberian hadiah kepada peserta terbaik. Alumni, panitia mengucapkan terima kasih kepada peserta atas partisipasinya dan tidak lupa meminta maaf  bila ada kata dan perbuatan yang menggores hati. 

Komentar

Postingan Populer