Marah itu manusiawi tapi harus dikendalikan
29 Februari 2016,
Pembahasan kali ini mengenai hadist tentang menahan amarah. Diceritakan bahwa
seorang sahabat datang kepada Rasulullah untuk meminta wasiat. Lalu Rasulullah
pun berkata,”Jangan marah”. Sahabat itu pun menanyakan lagi, tapi tetap dijawab
dengan ucapan, “Jangan marah”. Dan sahabat itu terus bertanya karena merasa
belum puas, namun Rasulpun tetap berkata dengan jawaban yang sama yaitu jangan
marah.
Ketika berbicara
wasiat, wasiat itu sendiri adalah sesuatu rangkuman yang berisi nasehat. Sering
kita mendapat wasiat dari seorang guru yang isinya mengatakan jangan tinggalkan
solat, kerjakan diawal waktu dan berjamaah atau bersedekalah jika ingin hidupmu
lapang. Namun wasiat yang dianjurkan Rasul diatas begitu singkat dan terus
diulang-ulang. Tentunya ada makna yang begitu mendalam dari wasiat tersebut. Beberapa
ulama menjelaskan jika rasul mengatakan sesuatu dengan berulang-ulang. Itu
menandakan bahwa ada kebaikan yang melimpah dan menjauhkan dari malapetaka.
Di peristiwa yang
lain, ada nasihat Rasul yang juga diulang yaitu ketika paman Nabi, sayyidina
Abbas minta diajarkan doa. Lalu diajarkannya doa sehat walafiat dunia akhirat.
Yaitu setiap sebelum solat ashar, bacalah istigfar 70 kali. Niscaya Allah akan
menghapuskan dosamu selama 70 tahun. Kemudian Sayyidana Abbas berkata, jika
umurku tidak sampai usia 70 tahun. Maka Rasul berkata, maka Allah akan
menghapuskan dosa ibumu selama 70 tahun.
Sesungguhnya marah
itu adalah milik Allah. Dan yang paling dahsyat di bumi ini adalah murkaNya
Allah. Nasihat menahan amarah memiliki dampak yang besar khususnya untuk di
dunia dan di akhirat, jika kita mampu melakukannya. Karena amarah dapat
berujung kepada pertikaian, memercik api kedengkian dan dapat memutuskan tali
silaturahim.
Marah itu fitrah
manusia, tidak bisa dihilangkan namun bisa untuk dikendalikan. Itulah mengapa
ketika kita mendapat perlakukan yang tidak menyenangkan dari orang lain lebih
baik untuk menahan marah dan bersabar. Walau sesungguhnya kita mampu untuk melakukannya.
Bukankah balasannya adalah lebih mulia yaitu kelak pada hari kiamat orang yang
mampu menahan amarahnya akan dipanggil Allah dihadapan semua makhluk dan ia
diberi bidadari yang disukainya.
Oleh karena itu,
sebisa mungkin kita harus tau cara menghindari sifat marah. Ada beberapa yang
bisa dilakukan agar marah yang sudah memuncak di dalam diri bisa dinetralisir
dengan cara berikut :
Ubahlah posisi tubuh
Ketika marah dalam
kondisi berdiri, maka duduklah dan akan reda amarahmu. Namun jika belum bisa
maka berbaringlah. Seorang yang sedang marah biasanya merasa dirinya paling
tinggi, hebat dari orang lain maka kesombongan itulah yang harus diobati dengan
merendahkan posisimu.
Berwudhu
Marah itu berasal
dari setan, dan setan itu tercipta dari api. Maka padamkanlah api itu dengan
air.
Memaafkan
Inilah sesuatu yang
begitu sulit. Ketika amarah sudah tak terbendung, maka segala ucapan dan
perbuatan yang buruk bisa saja kita lakukan. Namun itu bisa dihindari dengan
memaafkan dan mintalah perlindungan dari Allah.
Teringat kisah lain
dari seorang teman yang bertanya kenapa ketika dua orang yang sedang marah,
mereka selalu berteriak dan mengeraskan suaranya. Itu karena hati mereka sedang
saling menjauh. Hati mereka tak mampu menangkap gelombang hati yang dipancarkan.
Hatinya telah tertutup oleh dinding besar walaupun raga atau fisik tubuhnya
berdekatan. Sehingga dengan jauhnya hati mereka, mereka akan mencoba berteriak
agar suaranya bisa menghancurkan dinding penghalang dan didengar oleh hati.
Oleh sebab itu,
ketika ada dua insan yang saling berselisih dan marah. Maka obatnya dengan
mendekatkan hati diantara satu sama lain. Dengan mengingat kebaikan-kebaikan
dan rasa cinta diantara manusia. Bukankan ketika sepasang manusia jatuh cinta,
hati mereka akan saling berkomunikasi walaupun mereka duduk berdekatan dan tak
saling bicara. Itu karena hati mereka jaraknya sangat dekat. Tak butuh suara
keras dan tinggi, apapun maksud yang ada dipikiran sudah terdengar jelas dengan
isyarat hati.
Komentar
Posting Komentar